Angka anak tidak bersekolah melonjak dalam setahun. Disdik Sinjai punya resep: guru jadi detektif pencari anak hilang dari bangku sekolah.
BRO UPDATE, - Di studio Radio Suara Bersatu 95,5 FM, Irwan Suaib tak bisa menyembunyikan kegelisahannya. Data yang dibacakan Kepala Dinas Pendidikan Sinjai itu cukup mencengangkan: dalam kurun waktu setahun, anak tidak bersekolah di daerahnya melonjak dari 8,14 persen menjadi 10,65 persen.
"Ini bukan cuma soal angka," kata Irwan di hadapan host Nurlaelah, Rabu lalu. "Ini soal masa depan anak-anak kita."
Dari data Badan Pusat Statistik itulah lahir "Tasikolasi"—aplikasi buatan rumah yang kini jadi andalan Pemkab Sinjai. Nama yang merupakan singkatan "Ayo Sekolah Lagi" ini bukan sekadar branding. Ada strategi besar di baliknya.
Masalah utama data BPS adalah ketiadaan identitas spesifik. Bagaimana mau menyelamatkan anak jika tak tahu siapa dan di mana mereka berada? Aplikasi Tasikolasi hadir menjawab kebutuhan itu.
Irwan membagi strategi ini dalam tiga fase. Fase pertama, guru non-ASN berubah profesi sementara menjadi pendataan lapangan. Mereka berkeliling dusun demi dusun, mencatat setiap anak yang tak lagi tampak di sekolah.
Fase kedua lebih unik: konsep "orang tua angkat". Kepala sekolah dan guru berstatus ASN atau PPPK diwajibkan mengadopsi dua anak putus sekolah. Bukan adopsi legal, melainkan tanggung jawab moral untuk mengembalikan mereka ke pendidikan—entah jalur formal atau lewat Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat.
Sementara fase ketiga melibatkan "Tutor Angkat Balibolae". Guru non-ASN kembali turun gunung, kali ini sebagai pengajar bagi anak-anak yang bahkan belum pernah merasakan bangku sekolah atau belum berijazah SD.
"Para tutor ini diberi tugas mengajar dan mendampingi ATS hingga siap didaftarkan di PKBM," jelas pria yang sebelumnya memimpin Dinas Kominfo dan Persandian Sinjai.
Program yang terkesan sederhana ini sebenarnya revolusioner. Bukan hanya soal teknologi aplikasi, tapi juga soal mengubah mindset: dari birokrasi yang menunggu laporan menjadi institusi yang aktif berburu solusi.
Pertanyaannya sekarang: akankah "Tasikolasi" mampu membalikkan tren suram pendidikan di Sinjai?
Editor : Zumardi
0Komentar