Pemimpin Tertinggi Iran sebut tuntutan penyerahan diri tanpa syarat "tidak dapat diterima". Ribuan warga Teheran mengungsi setelah serangan udara Israel.
BRO UPDATE, - Pemimgin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menolak keras ultimatum Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang menuntut negaranya menyerah tanpa syarat. Dalam pernyataan yang dibacakan presenter televisi negara pada Rabu, 18 Juni 2025, Khamenei menegaskan Republik Islam Iran tidak akan tunduk pada ancaman siapa pun.
"Orang-orang cerdas yang mengenal Iran, bangsa Iran, dan sejarahnya tidak akan pernah berbicara kepada bangsa ini dengan bahasa yang mengancam karena bangsa Iran tidak akan menyerah," kata Khamenei seperti dilansir Arab News dan CNA.
Pernyataan itu merupakan yang pertama kali disampaikan Khamenei sejak Jumat pekan lalu, ketika Israel mulai melancarkan serangan udara masif terhadap Iran. Pemimpin berusia 86 tahun itu memperingatkan Washington akan konsekuensi berat jika AS terlibat langsung dalam konflik.
"Orang Amerika harus tahu bahwa setiap intervensi militer AS niscaya akan disertai dengan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki," tegas Khamenei.
Tuduhan Konspirasi AS-Israel
Khamenei juga menuduh AS dan Israel berkonspirasi dalam serangan yang melanda negaranya. Melalui akun X-nya, dia menyebut serangan Israel terjadi justru ketika pejabat Iran sedang terlibat negosiasi tidak langsung dengan pihak Amerika.
"Serangan jahat rezim Zionis terhadap negara kita terjadi pada saat pejabat Iran secara tidak langsung terlibat dalam negosiasi dengan pihak AS. Tidak ada indikasi dari pihak Iran yang mengisyaratkan tindakan militer," tulis Khamenei.
Dia menambahkan, kecurigaan terhadap keterlibatan AS dalam serangan Israel semakin menguat dari hari ke hari, terutama setelah pernyataan-pernyataan terbaru pejabat Amerika.
Duta Besar Iran untuk PBB di Jeneva, Ali Bahreini, memperkuat tuduhan tersebut. Bahreini menyatakan Teheran telah menyampaikan pesan keras kepada Washington: Iran akan membalas setiap partisipasi langsung AS dalam konflik ini.
"Kami melihat AS sebagai seorang kaki tangan dalam apa yang dilakukan Israel," kata Bahreini. "Kami tidak akan menunjukkan keengganan dalam membela rakyat, keamanan, dan tanah kami—kami akan menanggapi dengan serius dan tegas, tanpa menahan diri."
Eksodus Massal dari Teheran
Sementara itu, ribuan warga Teheran berhamburan meninggalkan ibu kota setelah serangan udara Israel pada Selasa malam. Militer Israel mengklaim 50 pesawat tempurnya menyerang sekitar 20 target di Teheran, termasuk fasilitas produksi bahan mentah dan komponen rudal.
Jalan-jalan di utara Teheran macet total akibat gelombang pengungsian massal. Alireza, pengusaha berusia 37 tahun, mengungkapkan keputusannya meninggalkan kota bersama keluarga.
"Kami meninggalkan Teheran pagi ini. Anak-anak saya ketakutan, dan kami akan menginap di rumah saudara laki-laki saya di dekat Karaj," katanya.
Arezou, 31 tahun, yang berhasil mencapai kota resor Lavasan, mengungkapkan kekhawatirannya. Rumah temannya di Teheran diserang dan saudara laki-lakinya terluka.
"Mengapa kami harus membayar harga atas keputusan rezim untuk melanjutkan program nuklir?" keluhnya.
Ancaman Penutupan Selat Hormuz
Di tengah eskalasi konflik, Iran mulai mengancam akan memanfaatkan kontrolnya atas Selat Hormuz, jalur pelayaran minyak terpenting di dunia. Mantan Menteri Ekonomi Iran Ehsan Khandouzi menyarankan negaranya segera mewajibkan izin bagi kapal tanker yang melintasi selat tersebut.
Langkah ini, menurut Khandouzi, akan "menentukan" jika dilaksanakan dengan cepat. Ancaman penutupan Selat Hormuz berpotensi mengguncang pasokan minyak global dan memicu krisis energi dunia.
Pihak berwenang Iran juga mulai membatasi penjualan bahan bakar untuk mencegah kelangkaan. Menteri Perminyakan Mohsen Paknejad meyakinkan tidak akan ada masalah dalam memasok bahan bakar kepada publik, meski pembatasan diberlakukan.
Korban dan Kerusakan
Media Iran melaporkan sedikitnya 585 orang tewas dalam serangan Israel, sebagian besar adalah warga sipil. Serangan ini merupakan yang terbesar yang dialami Iran sejak perang dengan Irak pada 1980-an.
Di sisi lain, Iran telah menembakkan sekitar 400 rudal ke Israel sejak Jumat lalu. Sekitar 40 rudal berhasil menembus pertahanan udara Israel, menewaskan 24 warga sipil menurut klaim otoritas Israel.
Dengan terbunuhnya beberapa penasihat militer dan keamanan utama Khamenei dalam serangan Israel, lingkaran dalam pemimpin Iran telah menyempit. Para pengamat khawatir hal ini meningkatkan risiko kesalahan strategis dalam pengambilan keputusan.
Kantor berita semi-resmi Iran, Mehr, melaporkan bentrokan antara pasukan keamanan dan orang-orang bersenjata tak dikenal di Kota Rey, selatan Teheran, pada Rabu dini hari. Mehr menduga penyerang terkait dengan Israel dan bermaksud melakukan "operasi teroris di daerah padat penduduk di ibu kota".
Eskalasi konflik Iran-Israel ini menandai babak baru dalam konflik Timur Tengah, dengan ancaman keterlibatan langsung AS yang dapat memicu perang regional yang lebih luas.
Editor : Zumardi
0Komentar