NGOPILOTONG.COM,  -  Dedi Mulyadi, mantan Bupati Purwakarta, dalam sebuah wawancara di YouTube, mengkritik kebijakan dua gubernur Jawa Barat sebelumnya, Ahmad Heryawan dan Ridwan Kamil. Dalam pernyataannya, Dedi menyoroti tingginya angka korban pinjaman online (pinjol) di provinsi yang dikenal religius tersebut, dan menyebut bahwa hal ini menunjukkan kegagalan kebijakan pemerintah dalam melindungi masyarakat dari jeratan ekonomi yang merugikan.


Dedi menyatakan bahwa solusi untuk masalah ini harus dimulai dari penataan ruang yang baik dan berkeadilan, yang selama ini menurutnya lebih banyak diputuskan secara politis daripada teknokratik. Ia berpendapat bahwa penataan ruang seharusnya melibatkan perguruan tinggi atau badan riset agar keputusan yang diambil lebih tepat sasaran dan berkelanjutan.


Sebagai contoh keberhasilannya, Dedi memaparkan kebijakan yang ia terapkan di Purwakarta. Ia fokus pada integrasi pembangunan dengan lingkungan, seperti menjaga sawah dan kolam di kawasan industri untuk menciptakan keseimbangan antara pembangunan dan kelestarian alam. Dedi juga menciptakan sistem pendidikan karakter dengan sekolah berbasis pertanian dan kebijakan "bawa rantang" untuk memastikan anak-anak membawa makanan sehat dari rumah.


Dedi juga menyampaikan kritik terhadap pendekatan pembangunan yang sering kali mengabaikan aspek lingkungan. Ia menekankan pentingnya menjaga alam sebagai bagian dari pembangunan berkelanjutan dan menyebut bahwa rusaknya alam hanya akan memperburuk ketidakadilan sosial. Misalnya, menurutnya, tata ruang yang tidak tepat di daerah pegunungan menyebabkan banjir di Jakarta.


Lebih lanjut, Dedi mengusulkan agar sistem penggajian dokter berbasis pada kesehatan masyarakat yang semakin membaik. Gagasan ini, yang sempat ia terapkan di beberapa desa, bertujuan untuk mendorong dokter lebih aktif dalam menjaga kesehatan masyarakat.


Kang Dedi, juga menekankan pentingnya pemimpin daerah memiliki kekuatan pemikiran yang maju dan adil dalam mengalokasikan anggaran. Menurutnya, kemajuan sebuah daerah sangat bergantung pada cara berpikir pemimpinnya, yang bisa berbahaya jika tidak sesuai harapan rakyat.


Dedi mengkritisi cara pengelolaan anggaran dan tata ruang yang sering kali tidak mempertimbangkan kepentingan jangka panjang serta kebutuhan warga. Ia menyoroti bahwa pembangunan di banyak daerah, termasuk Jawa Barat, terlalu berfokus pada pencapaian ekonomi cepat seperti industri dan pertambangan, tanpa memperhatikan keberlanjutan lingkungan.


Dalam konteks politik, Dedi juga menyinggung fleksibilitas koalisi politik di Jawa Barat yang menurutnya cair dan tidak tergantung pada satu konsep koalisi tertentu. Ia menyebutkan bahwa platform pemenangan Pilkada perlu fokus pada kebutuhan lokal dan relevansi dengan kebutuhan industri setempat.


Dedi mengungkapkan keprihatinannya terhadap tingginya tingkat pengangguran di Jawa Barat yang mencapai 6,91%, menempatkannya pada urutan ketiga secara nasional. Salah satu solusi yang diusulkan adalah menyelaraskan pendidikan dengan kebutuhan industri lokal, seperti yang pernah ia lakukan dengan mendirikan sekolah manajer di Purwakarta.


Lebih lanjut, ia mengkritik anggaran pembangunan yang lebih banyak digunakan untuk kegiatan rutin dan seminar daripada pembangunan infrastruktur yang nyata. Menurutnya, seharusnya alokasi anggaran difokuskan pada kebutuhan dasar warga seperti pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur desa.


Kang Dedi juga menyoroti ketidakadilan dalam distribusi anggaran dari pemerintah pusat ke daerah. Ia mengusulkan pemekaran wilayah sebagai salah satu solusi untuk memastikan distribusi anggaran yang lebih merata dan adil.


Bapak Aing sapaan Kang Dedi Mulyadi, optimis bahwa dengan pendekatan yang tepat, termasuk penyusunan anggaran yang berdasarkan kebutuhan nyata dan pemekaran wilayah, Jawa Barat dapat menjadi daerah yang lebih maju dan adil.


Kang Dedi menyampaikan kritik tajam terhadap pemerintahan sebelumnya, termasuk Kang Emil, yang menurutnya kurang memperhatikan kebutuhan desa. Ia menegaskan bahwa anggaran untuk desa sangat kecil dan tidak didasarkan pada standarisasi kebutuhan daerah, menyebabkan ketidakadilan dalam pembangunan wilayah.


Menutup perbincangan, Dedi menyatakan keyakinannya bahwa kebijakan yang berfokus pada kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat akan mendapat dukungan publik. Ia juga menyinggung kemungkinan dirinya maju sebagai calon gubernur Jawa Barat dengan dukungan partai politik, menunjukkan bahwa ide-idenya mendapat respon positif dari masyarakat. 



SELENGKAPNYA, KLIK..! dan SAKSIKAN VIDEONYA




Editor     :  Ahmad Firdaus




Baca Artikel Lainnya di GOOGLE NEWS

Support   : SOCIABUZZ  SAWERIA