NGOPILOTONG.COM,  -  Lemang adalah makanan tradisional yang populer di Indonesia, terutama di daerah Sumatera, Sulawesi dan Jawa Barat. Makanan ini juga dikenal luas di Malaysia dan Brunei. Lemang terbuat dari beras ketan yang dimasak bersama dengan santan kelapa dalam bambu yang besar dan bersih yang kemudian dipanggang di atas api terbuka.


Proses pembuatan lemang dimulai dengan memasukkan beras ketan dan santan kelapa ke dalam ruas bambu yang telah dibersihkan dan dilapisi dengan daun pisang. Kemudian, bambu tersebut dipanggang di atas api hingga beras ketan matang sempurna dan santan kelapa mengental. Proses pemanggangan ini membutuhkan waktu yang cukup lama dan biasanya dilakukan dengan hati-hati agar lemang matang merata dan tidak gosong.


Lemang sering disajikan sebagai hidangan istimewa pada acara-acara tertentu, seperti perayaan Idul Fitri, Idul Adha, atau perayaan tradisional lainnya. Rasanya yang gurih dan aroma harum santan kelapa membuat lemang menjadi hidangan yang sangat dinikmati oleh banyak orang.


Selain itu, lemang juga memiliki nilai budaya yang tinggi, karena proses pembuatannya yang memerlukan kerja sama dan keterampilan dari para pembuatnya. Tradisi pembuatan lemang juga sering menjadi momen kebersamaan dan kekeluargaan bagi masyarakat yang menjalaninya.


Dalam Bahasa Makassar, Penganan Lemang ini biasa di sebut Kaddo' Bulo 


Sejarah Kaddo' Bulo 


"Kaddo' Bulo  -  baca: Kaddok Bulo  -  secara harfiah: Kaddo' - arti: Makanan || Bulo - berarti: Bambu || Kaddo' Bulo - maksudnya: Makanan diolah dan dibakar memakai tabung bambu ----- dalam bahasa Mangkasara' di Provinsi Sulawesi Selatan || Lemang  -  artinya: Kenyang ----- dalam dialek Banyuwangi, bahasa Osing - Jawa Kuno di Jawa Timur."


Kaddo' Bulo ----- kuliner berbahan dasar beras ketan, dicampur santan kental, lalu dimasak ke dalam tabung ruas bambu, dengan cara dibakar, maka makanannya pun melegenda sampai sekarang di Negara Kesatuan Republik Indonesia.


Lemang ----- dalam proses membuat terbilang unik, karena beras ketan telah dicampur santan kental, kemudian dimasukkan ke tabung ruas bambu, memiliki kulit batang tipis, tentu telah dilapisi daun pisang muda, tempat pemanggangan dan kayu bakar cukup banyak untuk memanggang lemang di atas bara kayu. Durasi waktu memanggang lemang 3-4 jam, makanya membikin lemang senantiasa melibatkan banyak orang.


Ragam Menikmati Lemang ----- biasa dengan serundeng, tapai, selai manis atau kuah rendang. Lemang juga mempunyai cita rasa manis dan gurih, beraroma khas daun pisang muda diiringi semilir bau bambu bakar. 


-  Banyuwangi - menyebutnya: Lemang di Jawa Timur.

-  Melayu - menyebutnya: Lemang di Kepulauan Riau.

-  Minangkabau - menyebutnya: Lamang di Sumatera Barat.

-  Batak - menyebutnya: Lomang di Sumatera Utara.

-  Bugis - menyebutnya: Lammang di Sulawesi Selatan.

-  Makassar - menyebutnya: Kaddo' Bulo di Sulawesi Selatan.

-  Lemang juga populer di wilayah Kalimantan, Malaysia dan Brunei.


Kisah Lemang ----- menurut tutur dan catatan sejarahnya, berawal dari: Syeikh Burhanuddin, asal negeri Minangkabau, dalam hal ini sosok ulama pertamakali memperkenalkan masakan Lemang. Ketika beliau berdakwah memperkenalkan Islam di ranah Minang, ia sering disuguhi berbagai makanan oleh penduduk, karena merasa kuatir akan kehalalan makanannya, lalu ia meminta penduduk mencari bilah bambu telah dialasi daun pisang muda untuk dijadikan tempat memasak beras ketan bercampur santan. Kegiatan memasak ketan dengan bambu juga dikerjakan banyak orang, kemudian dikenal sebagai tradisi "malamang." Tradisi Malamang - biasa digelar saat menyambut Bulan Suci Ramadhan dan Hari Raya Lebaran.


Sisi lain keunikannya, yaitu: walau berasal dari ranah Minang di Sumatera Barat, namun Kota Tebing Tinggi di Sumatera Utara, dijuluki: Kota Lemang ----- merujuk banyaknya penjual lemang di sana. Konon dituturkan bahwa awalnya warga Minang - merantau ke Tebing Tinggi, kemudian memulai berdagang kuliner lemang sekitar tahun 1947, karena mereka perantau sehingga lemang sebagai sumber pendapatannya. Kala itu.


"Dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung." ------- artinya: Seseorang sudah sepatutnya mengikuti atau menghormati adat istiadat berlaku di tempat tinggalnya. (Peribahasa Minang di Sumatera Barat).


Penulis   :  Zainal CRS

Editor     :  Ahmad Firdaus



Baca Artikel Lainnya di GOOGLE NEWS