NGOPILOTONG.COM, - Bulan Ramadan bukan hanya tentang ibadah semata, tetapi juga tentang pengisian waktu yang bermakna dan penuh berkah. Bagi sebagian orang, Ramadan adalah momen untuk mencari hiburan yang tidak hanya menghibur tetapi juga memberikan pelajaran berharga. Salah satu cara untuk mengisi waktu luang di bulan suci ini adalah dengan menonton film. Namun, sering kali kita bingung memilih film mana yang tepat untuk ditonton saat berpuasa.
Untuk itu, berikut ini kami sajikan delapan film sejarah Islam di Indonesia yang cocok untuk menemani Anda selama Ramadan. Selain aman ditonton, film-film ini juga sarat akan pembelajaran yang tidak boleh Anda lewatkan.
1.Buya Hamka
Film ini menceritakan tentang perjalanan hidup seorang Buya Hamka, tokoh ulama dan pahlawan di Indonesia. Buya Hamka adalah sosok ulama, pahlawan, dan sastrawan Indonesia. Pada film pertamanya ini mengisahkan Hamka yang menjadi pengurus Muhammadiyah Makasar. Ia juga memulai sepak terjangnya di dunia sastra. Bersamaan dengan itu ditampilkan pula dinamika Buya Hamka sebagai tokoh masyarakat melawan penjajahan Jepang yang kejam.
2. Hamka dan Sitti Raham
Film ini merupakan sekuel langsung dari film pertamanya yang dibahas pada artikel pertamanya, Buya Hamka (2023).
Film keduanya ini akan mengeksplor lebih panjang dan lebih dalam lagi dari kisah cinta Buya Hamka terhadap Siti Raham tercinta dan keluarganya sekaligus cinta nya untuk Indonesia yang tengah dijajah kembali.
3. Sang Kyai
Film ini mengisahkan tokoh besar Nahdhatul Ulama (NU) yang sudah tak asing lagi dan disegani banyak orang yaitu KH Hasyim Asyari. Beliau dikenal sebagai pendiri Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jombang.
Film mengambil latar awal mula kedatangan Jepang di Indonesia yang menyengsarakan keadaan masyarakat pribumi. Namun Jepang tak kehabisan akal untuk menarik simpati rakyat, salah satunya dengan jalan agama. Dari sinilah ditunjukkan kiprah para ulama NU dalam menghadapi kekejaman penjajah.
4. Sang Pencerah
Film yang disutradarai Hanung Bramantyo ini diangkat dari kisah nyata pendiri organisasi Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan. Tokoh ini diperankan oleh aktor Lukman Sardi.
Film Sang Pencerah mengungkapkan kisah KH Ahmad Dahlan yang belum banyak diketahui oleh orang lain. Mulai dari mengoreksi arah kiblat yang selama ini menghadap ke Afrika alih-alih Ka'bah, sampai dituduh kafir karena mendirikan sekolah modern seperti Belanda.
5. Nyai Achmad Dahlan
Siti Walidah atau Nyai Ahmad Dahlan, merupakan istri pendiri Muhammadiyah, Kiai Ahmad Dahlan. Sebagai tokoh emansipasi wanita, ia dikenal vokal menolak kawin paksa pada zaman itu.
Film ini menceritakan bagaimana Nyai Ahmad Dahlan menjadi perempuan pertama yang memimpin Kongres Muhammadiyah tahun 1926. Ia juga mendirikan organisasi gerakan perempuan Sopo Treno yang kemudian saat ini dikenal dengan nama Aisyiyah dan memperoleh gelar Pahlawan Nasional pada 1971.
6. Guru Bangsa Tjokroaminoto
Diperankan oleh Reza Rahardian, Oemar Said Tjokroaminoto dikenal sebagai tokoh pergerakan Sarekat Islam. Bukan tanpa alasan pula Tjokro kerap dijuluki sebagai 'Raja Jawa Tanpa Mahkota'.
Di film ini ditunjukkan bagaimana keresahan Tjokroaminoto melihat kesenjangan sosial yang terjadi akibat penjajahan di tahun 1900an. Hal ini membuat Tjokro berani melepas gelar kebangsawanannya. Ia kemudian membangun Sarekat Islam untuk mempersamakan hak masyarakat yang terjajah.
7. Sunan Kalijaga
Sunan Kalijaga adalah sebuah film legenda Indonesia yang dibintangi oleh Deddy Mizwar sebagai Sunan Kalijaga. Menceritakan kisah hidup Sunan Kalijaga, salah satu dari Sembilan Wali yang menyebarkan agama Islam di Indonesia.
Raden Mas Said, putra sulung Tumenggung Wilwatikta di bawah Kerajaan Majapahit yang berkuasa di wilayah Tuban, melihat sekeluarga miskin yang menderita busung lapar. Ia merasa sangat prihatin dan hati nuraninya tergugah untuk menolong. Kemudian ia mencoba secara diam- diam mengambil makanan dari lumbung orang tuanya. Perbuatan itu tidak disetujui orang tuanya, bahkan ia dihukum sekap di gudang makanan itu.
Sejak kejadian itu, RM Said yang tumbuh dewasa tidak betah tinggal di rumah. Ia berkelana dari daerah satu ke daerah lainnya. Dari sanalah ia tahu betapa banyak penyelewengan dan kesewenang-wenangan para lurah yang munafik. Mereka selalu mengkambinghitamkan Tumenggung untuk menutupi kejahatannya. Atas laporan RM Said, ayahnya kemudian sadar. Tetapi kemudian ia dianggap sebagai sumber fitnah.
Dalam kelananya, kemudian ia bertemu dengan Sunan Bonang yang banyak mencurahkan ilmunya kepada RM Said. Ia pun kemudian melakukan tapa di pinggir kali. Berkat ketabahannya menghadapi berbagai cobaan, RM Said mendapatkan "Nur" (kekuatan) dari Ilahi. Kemudian ia diangkat menjadi Wali yang terkenal dalam deretan nama Sembilan Wali (Wali Sanga) dengan nama Sunan Kalijaga.
8. Sunan Kalijaga & Syech Siti Jenar
Sunan Kalijaga menghadapi berbagai tantangan saat menyebarkan ajaran agama Islam. Kisah perjalanan Sunan Kalijaga diangkat dalam film berjudul Sunan Kalijaga dan Syekh Siti Jenar yang tayang pada tahun 1985.
Film ini memiliki latar saat Kerajaan Majapahit berkuasa, di mana agama Hindu masih menjadi mayoritas, syiar Islam yang sudah dilakukan oleh para Walisongo mulai berkembang di tanah Jawa. Kala itu, adanya perang saudara yang terjadi yaitu Perang Paregreg membuat kewibawaan Majapahit menurun drastis. Kondisi rakyat pun sudah tidak baik, antara lain terjadi kemerosotan moral dan kemiskinan rakyat.
Melihat fakta yang terjadi pada saat itu, salah satu tokoh Walisongo yaitu Sunan Kudus mengajak para Walisongo untuk melakukan pemberontakan pada Majapahit.
Saat itu Sunan Kalijaga hadir, ia sangat menantang gagasan tersebut. Alasannya, karena para penguasa Majapahit tidak pernah melarang dakwah Islam yang dilakukan para Walisongo.
Selain itu pada saat yang bersamaan, Syekh Siti Jenar yang juga ikut membawa serta menyebarkan agama Islam sangat ditentang oleh para Walisongo. Ajaran Syekh Siti Jenar yaitu Manunggaling Kawula Gusti dimana menurutnya Tuhan dan ciptaan-Nya bersatu dalam satu tubuh dianggap tidak sejalan dengan ajaran yang disebarkan oleh para Walisongo.
Dengan menonton film-film sejarah Islam di Indonesia ini, Anda tidak hanya menghibur diri tetapi juga mendapatkan pembelajaran yang berharga tentang kehidupan, cinta, perjuangan, dan nilai-nilai Islam. Selamat menikmati Ramadan dengan penuh makna dan berkah!
0Komentar