NGOPILOTONG.COM, - Ketupat adalah sejenis makanan tradisional yang sangat populer di Indonesia, terutama selama perayaan Idul Fitri atau Lebaran. Makanan ini terbuat dari beras yang dikemas dalam anyaman daun kelapa atau janur yang kemudian direbus hingga matang. Proses pemasakan dengan cara merapatkan anyaman daun menyebabkan nasi di dalamnya menjadi padat dan berbentuk segi empat, memberikan kesan unik dan menarik.
Ketupat memiliki cita rasa yang khas dan tekstur yang kenyal, membuatnya menjadi hidangan yang sangat disukai oleh banyak orang. Selain itu, kehadiran ketupat juga memiliki makna simbolis dalam budaya Indonesia. Bentuknya yang segi empat dianggap melambangkan keselamatan, kestabilan, dan keberuntungan. Oleh karena itu, ketupat sering dihidangkan sebagai simbol keberkahan dan keselamatan dalam acara-acara spesial, seperti Idul Fitri.
Meskipun ketupat sering dihubungkan dengan perayaan Idul Fitri, makanan ini juga dapat dinikmati sepanjang tahun dan sering disajikan sebagai hidangan pendamping dalam berbagai kesempatan, baik sebagai pelengkap hidangan berkuah seperti opor ayam atau rendang, maupun sebagai bagian dari hidangan utama seperti ketupat sayur atau sate padang. Keberadaannya yang serbaguna membuat ketupat menjadi salah satu makanan yang sangat dihargai dalam budaya kuliner Indonesia.
Sejarah Ketupat
"Ketupat - merujuk kalimat: Ngaku lepat - akronim: Kupat - berarti: Mengaku salah - maknanya: Mengandung pesan, seseorang harus meminta maaf saat melakukan kesalahan ----- dalam bahasa Jawa di Pulau Jawa."
Konon. Raden Said (1450) alias Sunan Kalijaga ----- awal memperkenalkan tradisi: Ketupat. Dan beliau mempromosikan dua (2) kali hari perayaan lebaran pada kalangan umat Islam di pulau Jawa, yaitu: Hari Raya Idhul Fitri dan Lebaran Kupat (ngaku lepat).
Lebaran Ketupat ----- dikalangan kaum muslimin dan muslimat, membuat ketupat bermula daun kelapa muda, disebut:
- Janur - singkatan dari: Jatining Nur - arti: Hati Nurani.
- Anyaman Janur - berarti: Kompleksitas masyarakat Jawa, harus dilekatkan dengan jalinan silaturahmi.
- Bentuk Ketupat - adalah Kiblat Papat - terjemahan: Empat Arah Mata Angin - bermakna: Arah Kiblat.
- Janur Isi Beras - maknanya: Simbol nafsu duniawi telah dibungkus hati nurani.
Setelah matang, ketupat-ketupat dibagikan kepada tetangga dan sanak saudara-saudari sebagai tanda kebersamaan dalam merenda jiwa silaturahmi. Tradisi lebaran ketupat masih tampak ditemukan pada beberapa daerah Jawa, seperti: Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Bahkan, beberapa pondok pesantren pun masih melanggengkan tradisi lebaran ketupat menjadi petunjuk telah usai Ibadah Puasa di awal bulan Syawal pada almanak Hijriah.
Tradisi Lebaran Ketupat ----- bukan cuma lestari pada kalangan Muslim di Pulau Jawa. Namun, dikalangan kaum muslimin dan muslimat di Kampung Jawa, seperti: Tondano, Minahasa dan Morotai Besar, Sulawesi Utara, dan kalangan umat Islam di Pulau Bali, atau 'nyama selam - arti: saudara beragama Islam' melaksanakan tradisi 'ngejot yakni: mengantarkan makanan ke rumah tetangga menjelang Hari Raya Idhul Fitri.' Juga dapat dijumpai disana.
"Ketupat merupakan demitologisasi dan desakralisasi, pemujaan pada Dewi Sri, dimuliakan sejak jaman Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Padjajaran di Tanah Jawa."
Bahasa 'Ketupat' beragam sebutannya di wilayah Nusantara, tetapi bahan dan cara pembuatannya pun hampir mirip semua, yaitu:
- Ketupat Makassar, Sulawesi Selatan, disebut: Katupa' Coto Mangkasara'.
- Ketupat Pulau Muna, Sulawesi Tenggara, disebut: Ketupat Coto.
- Ketupat Minangkabau, Sumatera Barat, disebut: Ketupat Sayur.
- Ketupat Pulau Madura, Jawa Timur, disebut: Ketupat Sate..
- Ketupat Surabaya, Jawa Timur, disebut: Ketupat Gado-Gado.
- Ketupat Sunda, Jawa Barat, disebut: Kupat Tahu.
- Ketupat Kota Cirebon, Jawa Barat, disebut: Doclang.
- Ketupat Kota Tegal, Jawa Tengah, disebut: Kupat Glabet.
Ketupat asal kata dari bahasa Jawa yaitu: "Kupat" kependekan dari: "Kula Lepat artinya: "saya salah". Ketupat adalah simbol pengakuan atas kesalahan dan kekurangan sebagai manusia dalam menjalani kehidupan dunia. Jadi setelah mengakui kesalahan, kemudian 'minta maaf alias kupat' untuk tidak diulang kembali atas kekhilafan atau kesalahan, maka hati bersih bersinar agar persaudaraan semakin erat di masa mendatang.
Sisi lain, kata Ketupat dalam Kesultanan Buton, di Sulawesi Tenggara, terdapat dalam budaya 'Pakande-Kandea atau makan-makan.' Dalam artikel atau ditulis oleh: Susi Ivanty di Kompas.com, menyebutkan kata 'Ketupat' dalam pantun perempuan Buton, ingin mempersihlahkan tamu untuk memulai acara pakande-kandea, yaitu: 'Maimo sapo lapana puuna gau'. Katupana mia bari atamajano ----- artinya: Mari turun, telah terwujud tekad diikrarkan. Ketupatnya banyak untuk orang banyak, datanglah.' Dalam pantun mengisyarakatkan bahwa ketupat menjadi satu diantara tradisi Kesultanan Islam Buton dan berlangsung hingga kini. Sedangkan, dalam budaya masyarakat pulau Bali, menurut: Retno Sulisyowati, bahwa makanan dibungkus janur kuning dijadikan sebagai bahan sesajian upacara. Salah satu bentuk penggabungan budaya lokal dengan agama Hindu. Janur kuning dibentuk berbagai macam untuk dijadikan simbol ritual dalam acara persembahyangan dan memiliki makna filosofis dalam jagad mikrokosmik dan makrokosmik.
Pada akhirnya, darimanapun asal-usul makanan ketupat dengan menggunakan janur kuning, dan atau daun pandan, jelasnya makanan ketupat memang enak lagi wangi, apalagi dinikmati dengan bajabu, nasu likku', opor ayam dan coto Makassar. Anu enak saudaraku.
"Ketupat layaknya kehidupan, dibungkus kesabaran dan diisi keikhlasan. Selamat menikmati hari penuh makna."
Catatan kaki:
Dalam bahasa Sunda, ketupat disebut pula sebagai kupat, berarti manusia tidak boleh ngupat, yaitu: membicarakan hal-hal buruk kepada orang lain. Ketupat atau kupat diartikan sebagai jarwa dhosok juga berarti: ngaku lepat. Hal ini mengandung pesan, seseorang harus meminta maaf saat melakukan kesalahan.
Penulis : Zaenal CRS ( #KoPigiKeliling Berkabar Berita, Berbagi Hidup. )
Editor : Zumardi
Baca Artikel Lainnya di GOOGLE NEWS
0Komentar