NGOPILOTONG.COM, - Di balik kelembutan rasa dan aroma harumnya, Barongko menyimpan makna filosofis yang mendalam bagi masyarakat Bugis Makassar di Sulawesi Selatan. Kue tradisional ini bukan sekadar hidangan penutup lezat, tetapi juga simbol harga diri, kejujuran, dan identitas budaya.
Sejarah dan Asal Mula Barongko
Pada masa lampau, keluarga Raja di Sulawesi Selatan menginginkan hidangan penutup yang manis dan mudah diolah dari bahan-bahan yang mudah ditemukan. Akhirnya, warga pun berkreasi dengan pisang, bahan yang akrab dalam keseharian masyarakat.
Kue olahan pisang ini kemudian dipersembahkan kepada keluarga Raja. Rasanya yang lezat dan unik membuat sang Raja sangat menyukainya. Kue ini pun diberi nama "Barongko", yang merupakan singkatan dari "Barangku mua udoko", yang berarti "barangku sendiri yang kubungkus". Nama ini mencerminkan kesederhanaan bahan dan proses pembuatan Barongko, yang dibungkus dengan daun pisang.
Filosofi di Balik Barongko
Lebih dari sekadar hidangan, Barongko mengandung nilai-nilai filosofis yang luhur. Makna "Barangku mua udoko" mengandung pesan tentang pentingnya menjaga harga diri dan martabat. Membungkus Barongko dengan daun pisang melambangkan usaha untuk menjaga diri dari hal-hal yang tidak baik dan menjaga nama baik keluarga.
Nilai filosofis selanjutnya dari Barongko adalah keselarasan antara apa yang terbungkus di dalam dan yang tampak di luar. Hal ini melambangkan bahwa pikiran dan perasaan manusia harus selaras dengan tindakannya. Kejujuran dan ketulusan hati menjadi kunci utama dalam menjalani kehidupan.
Oleh karena itu, Barongko juga dikenal sebagai "kue kejujuran". Rasanya yang manis dan teksturnya yang lembut mencerminkan sifat-sifat mulia yang harus dijunjung tinggi dalam kehidupan.
Bahan dan Cara Membuat Barongko
Bahan utama untuk membuat Barongko adalah pisang, terutama jenis pisang kepok atau utti manurung. Agar rasa manisnya lebih nikmat, pisang dibiarkan matang di pohonnya terlebih dahulu. Selain pisang, Barongko biasanya diisi dengan irisan nangka dan dikukus hingga matang.
Warisan Budaya Tak Benda
Menyadari nilai sejarah dan kekayaan budayanya, pada tahun 2017, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan Barongko sebagai warisan budaya tak benda. Pengakuan ini semakin memperkuat identitas Barongko sebagai kue tradisional kebanggaan rakyat Sulawesi Selatan.
Barongko: Pengingat Identitas dan Warisan Budaya
Di tengah gempuran budaya modern dan hidangan kekinian, Barongko tetap memiliki tempat istimewa di hati masyarakat Bugis Makassar. Kue ini menjadi pengingat akan asal usul, nilai-nilai luhur, dan identitas budaya yang patut dilestarikan.
Sekalipun melangkah jauh dan mengadopsi budaya luar, Barongko akan selalu mengingatkan kita tentang siapa diri kita sebenarnya, di mana kita dibesarkan, dan dari mana kita berasal. Meskipun kue modern mendominasi, Barongko tetaplah hidangan istimewa yang tak tergantikan dalam khazanah kuliner dan budaya Sulawesi Selatan.
Barongko: Simbol Harga Diri, Kejujuran, dan Identitas Budaya
Lebih dari sekadar hidangan lezat, Barongko adalah simbol harga diri, kejujuran, dan identitas budaya yang tak lekang oleh waktu. Keberadaannya menjadi pengingat bagi generasi penerus untuk terus menjaga dan melestarikan warisan budaya leluhur, serta menjadikannya sebagai landasan untuk membangun masa depan yang lebih baik.
Editor : Ahmad Firdaus
Klasemen Piala Eropa 2024, Selengkapnya
Jadwal Piala Eropa 2024, Selengkapnya
Baca Artikel Lainnya di GOOGLE NEWS
0Komentar